Etika Bergaul: Landasan Dalam Mencari Sahabat Sejati

Oleh: Dede Nita

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena pengaruh teman yang salah. Tapi, tidak sedikit juga orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang saleh. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. bersabda:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً. (رواه البخاري)

“Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk ibaratkan seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya dan kalaupun tidak, engkau akan tetap mendapatkan baunya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau akan tetap mendapatkan asapnya yang tak sedap”.

 

Maksud dari konteks pribahasa tersebut ketika kita berteman dengan orang yang soleh diri kita akan terbawa ke jalan yang lurus, sebaliknya jika kita bermain ke tukang pandai besi meskipun kita tidak memandai besi, akan terasa panasnya dalam artian bergaul dengan orang jahat akan terbawa ke jalan yang salah.

Pada zaman sekarang, pergaulan yang diharapkan adalah pergaulan yang bernilai positif, membangun dan saling membawa kebaikan serta kemanfaatan bagi kita kedepannya. Oleh sebab itu kita dituntut untuk selalu bergaul dengan seseorang yang memiliki akhlak yang baik. Dalam kitab Ta`lim Muta`alim, Syaikh al-Zarnuji menganjurkan untuk memilih teman yang memiliki kepribadian baik, tekun, wara, jujur, pandai, dan menghindari teman yang memiliki kepribadian yang buruk, pemalas, kikir, banyak bicara, suka fitnah dan suka berbuat kerusakan. Hal ini akan berdampak terhadap perkembangan sosial remaja ke arah positif. Sikap yang dibawa oleh teman akan saling mempengaruhi satu sama lain. 

Fenomena yang terjadi sekarang sangat memprihatinkan dikalangan remaja, terutama pergaulan bebas tanpa adanya batasan antara lawan jenis yang semakin dinormalisasi. Pergaulan bebas dikalangan remaja memiliki dampak yang signifikan, baik dari segi psikologis, kesehatan fisik, hubungan sosial, pendidikan, maupun hubungan antar personal. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 66, “Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”.

Ada 3 kaidah penting yang perlu diperhatikan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram, agar tidak terkena fitnah (godaan) terhadap lawan jenis. 

  1. Menghindar lebih utama, jika kebutuhan bisa dipenuhi dengan orang yang sesama jenis, itu lebih utama.
  2. Hanya ketika ada kebutuhan, hanya berinteraksi dengan lawan jenis jika ada kebutuhan mendesak.
  3. Tidak berlebihan, jika harus berinteraksi dengan lawan jenis maka jangan sampai berlebihan dan terlalu intens. 

Dalam Hadits lain Rasulullah Saw. bersabda tentang pentingnya memilih teman yang baik, kelak nanti kita akan mendapatkan anugrah dari teman kita karena kebaikannya. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي. (رواه مسلم)

Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat kelak: “Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naungan-Ku.” (HR. Muslim (no.4655), Ahmad (no.7190), Malik (no.1776).

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *