Ikhlas Mengabdi, Ukir Prestasi : Kiprah Mahasantri UII di Kegiatan PPK Ormawa 2025
“Ikhlas Mengabdi, Ukir Prestasi, Lanjutkan Semangat Pendiri.”
Jargon yang selalu digaungkan di Pondok Pesantren UII (PP UII) ini kembali menemukan maknanya melalui kiprah lima mahasantri dalam Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa). Kelima mahasantri tersebut adalah Azka Rachmat Fasya (Psikologi), Alwan Chandra Ririn Adhyaksa (Teknik Sipil IP), Husnul Khotimah (Psikologi), Wilda Maulida (Informatika), dan Zahrah Ibnu Salim (Akuntansi).
Ketika Azka pertama kali bergabung melalui rekrutmen internal pada Februari, ia tidak pernah membayangkan bahwa tugas di divisi acara akan membawanya duduk dan berbicara dengan warga yang bekerja sepanjang hari, atau menyaksikan langsung bagaimana satu desa menggantungkan harapan pada program kecil mereka.
“Peranku ada di divisi acara… jadi kami yang handle kegiatan ke mitra,” jelasnya dengan kalimat yang sederhana tetapi tersirat rentetan interaksi manusia.
Perjalanan mereka tidak selalu mulus. Menyusun proposal berbulan-bulan, mendapatkan pendanaan di bulan Juli, lalu segera melaksanakan program. Hari-hari mereka dipenuhi rapat, monitoring dari kampus, visitasi Belmawa, dan segala persiapan menuju Abdidaya nasional.
Disaat mereka terbiasa dibebani hanya dengan tugas kuliah, kini mereka mendapat beban tugas dua kali lipat. Mereka harus membagi diri antara tanggung jawab akademik dan janji mereka kepada masyarakat desa.
Namun justru dari kelelahan itu, tim PPKO Sinera menemukan kekuatan bersama. Kelima mahasantri berdiri sebagai bagian dari 15 orang yang saling menopang. Ada yang kelelahan, kewalahan jadwal, tapi tak ada yang benar-benar berjalan sendiri. Komunikasi menjadi jembatan, dan kerja sama menjadi pegangan.
Di tengah proses itu, bimbingan dari Pak Arif Fajar Wibisono bukan menjadi sekedar arahan.
“Pak Arif membantu kami dalam mendesain acara… beliau cukup responsif dan beberapa kali ikut ke desa,” ujar Azka.
Ada rasa aman yang muncul ketika seseorang yang lebih berpengalaman ikut turun, ikut mendengarkan, ikut menguatkan.
Namun, momen yang paling mengubah bukanlah hari-hari persiapan menuju Abdidaya, bukan pula saat monitoring berlangsung. Justru interaksi kecil di desalah yang diam-diam menetap paling dalam di kenangan. Melihat warga tersenyum saat program berjalan, mendengar mereka bercerita tentang mata pencaharian, dan menyaksikan ketekunan peternak sapi menjalani hidup.
“Aku awalnya tidak terlalu condong ke pengabdian masyarakat,” akunya jujur. “Tapi setelah beberapa bulan di tengah masyarakat, aku senang bisa mengaplikasikan ilmu kuliah secara bermanfaat.”
Hal yang dialami Azka bukan sekadar pengalaman, melainkan titik balik ketika seseorang menyadari bahwa ilmu yang dipelajari di kelas ternyata menemukan maknanya saat dipakai untuk menolong orang lain. Dari momen itu, Azka menitipkan satu pesan sederhana:
“Open mind, open heart. Jangan minder dalam mencoba hal baru. Jangan takut turun ke masyarakat. Kita gak bakal rugi mencoba…yang rugi kalau kita gak nyoba apa-apa.”
Puncaknya, 6 Desember 2025, dalam malam anugerah Abdidaya Ormawa 2025, nama tim mereka diumumkan sebagai Juara 2 Kategori Publikasi Paling Informatif di Abdidaya Ormawa 2025. Mungkin banyak yang melihatnya sebagai puncak prestasi. Tapi bagi kelima mahasantri, penghargaan itu adalah penanda bahwa perjalanan mereka benar-benar berarti, bukan hanya untuk kompetisi, tapi untuk diri mereka sendiri.
Pada akhirnya, penghargaan di Abdidaya bukanlah titik yang membuat perjalanan ini selesai. Justru di sanalah mereka menyadari bahwa pengabdian bukan tentang seberapa besar program yang dijalankan, tetapi tentang siapa saja yang terdampak oleh kerja mereka dan bagaimana mereka sendiri berubah karenanya.
Pengalaman berbulan-bulan di Desa Purwobinangun telah meninggalkan jejak yang tak bisa dihapus. Rasa percaya diri baru, pemahaman yang lebih dalam tentang masyarakat, dan keyakinan bahwa kontribusi kecil pun dapat membawa perubahan.
Dan Mungkin disanalah ajaran pesantren UII menemukan bentuk nyatanya. Bukan dalam ayat yang dihafal, tetapi dalam langkah-langkah perwujudan cita-cita pendahulu.
Ikhlas mengabdi, ukir prestasi, lanjutkan semangat pendiri.




Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!