Merefleksikan Islam dalam Studi Akademik

Menyambut Tahun Akademik 2024/2025 bersama santri baru, Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (PP UII) membuka perkuliahan di Semester Ganjil dengan melaksanakan Kuliah Umum bertemakan ”Islam dan Studi Akademik.” Agenda yang digelar pada Senin (9/9) tersebut menghadirkan Ust. Supriyanto Abdi, S.Ag., MCAA., Ph.D. selaku dosen PP UII di Aula PP UII Putra, Condong Catur, serta diikuti oleh seluruh santri PP UII.

Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Ust. Dr. Suyanto., M.S.I., M.Ag., Pengasuh PP UII Putra. Ust. Suyanto memperkenalkan Ust. Supriyanto Abdi sebagai santri angkatan pertama PP UII yang paling menekuni dunia akademik. Beliau berharap agar para santri dapat menyimak dan mendapat wawasan terkait relevansi Islam dalam studi akademik. 

Selain itu, Ust. Suyanto menjelaskan perpaduan keilmuan yang harus didalami oleh para santri, yakni pembelajaran di kampus yang disesuaikan dengan program studi (prodi) tiap santri, serta pembelajaran studi Islam di pondok pesantren. “Karena di fakultas, kalian belajar sesuai dengan prodinya masing-masing. Tetapi fokus di pesantren, ini sesungguhnya kurikulumnya adalah kurikulum studi Islam,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ust. Suyanto juga menjelaskan harapan yang sempat disampaikan salah satu pendiri UII, Drs. Mohammad Hatta, terkait kehadiran Sekolah Tinggi Islam (STI) yang merupakan cikal bakal UII. “Seperti kutipan Bapak Mohammad Hatta yang terkenal itu. Bahwa wujud STI, di situ ada kerja bersama, dan ketergantungan antara agama dan ilmu. Harapannya, ketika kalian belajar ilmu umum di prodi masing-masing, di sini belajar studi islam. Harapannya dapat mengombinasikan.” pungkasnya.

Pada paparan inti, Ust. Supriyanto Abdi menjelaskan bahwa terdapat sejumlah istilah yang terkait dengan studi Islam, utamanya dari pandangan Barat dan Timur Tengah. Beberapa di antaranya, termasuk Islamic Studies, al-Fikr al-Islam, al-Fiqh al-Islami, hingga ‘Ulum al-Din yang menjadi pondasi dalam mengembangkan paradigma Islam.

Berkaca dari pengalaman studi lanjutnya di The University of Melbourne, Australia, Ust. Supriyanto Abdi menyoroti adanya pergeseran pengembangan paradigma studi Islam. Apabila sebelumnya studi Islam cenderung dominan dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan Barat, utamanya dari kalangan orientalis, pendekatan yang inklusif dan integratif lebih diutamakan dalam mengembangkan paradigma studi Islam. Termasuk, di antaranya, melibatkan perspektif dari Timur Tengah dan Nusantara.

“Studi Islam yang dibangun atas basis paradigma yang integratif dan inklusif. Paradigma yang melihat ilmu dalam pengertian yang sangat luas, yang diletakkan secara integratif. Bisa bersumber dari domain seperti wahyu, tapi bisa dihasilkan oleh akal manusia,” jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ust. Supriyanto Abdi turut menjelaskan tiga nilai pokok yang menjadi ciri khas UII. Di antaranya, yakni nilai keislaman, nilai keindonesiaan, serta nilai mondialitas yang membentuk citra atau watak di UII. “Kalau kita sederhanakan itu, kira-kira dialektika kreatif dan dinamis antara tiga core values, tiga nilai inti. Keislaman, keindonesiaan, dan yang ketiga ini mondialitas,” jelasnya. (MFM/JRM)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *