,

Meneguhkan Profil Santri Arrasikhuna bil ‘Ilmi

Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (PP UII) menyelenggarakan Kuliah Umum (Studium Generale) pada Ahad (7/9) di Aula PP UII Putra, Condong Catur, Sleman, sebagai pembuka perkuliahan Semester Ganjil Tahun Akademik 2025/2026. Acara ini diikuti oleh seluruh santri PP UII dan menghadirkan Ust. Eko Riyadi, S.H., M.H., akademisi sekaligus alumni PP UII, sebagai pemateri utama.

Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Ust. Dr. Suyanto, M.S.I., M.Pd., selaku Pengasuh PP UII Putra. Dalam kesempatan tersebut, beliau menegaskan kembali cita-cita pendiri PP UII, Prof. Dr. Zaini Dahlan, untuk membentuk profil santri Arrasikhuna bil ‘ilmi. Filosofi Arrasikhul yang merujuk pada ayat “wal-rasikhuna fil ‘ilmi” dimaknai sebagai pribadi yang mendalam dan luas ilmunya. Konsep ini kemudian dirumuskan dalam akronim “Rasikh”, yang mencakup nilai-nilai Rasional, Aqidah yang kokoh, Scientific, Integratif, Kompetitif, dan Husnul Khuluq.

Beliau menekankan bahwa cita-cita tersebut menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan di PP UII, dan seluruh proses yang ada di pesantren diarahkan untuk membentuk santri menjadi Arrasikhuna bil ‘ilmi. Lebih lanjut, beliau menegaskan pentingnya peran disiplin dan amaliyah harian sebagai kunci utama dalam pembentukan karakter santri. “Untuk mencapai “Rasikh” tidak cukup hanya mengikuti perkuliahan, baik di kampus maupun di pondok. Tetapi harus ditopang dengan etika-etika praktis harian dan kedisiplinan,” ungkapnya.

Pada sesi inti, Ust. Eko Riyadi, S.H., M.H., menyampaikan bahwa santri PP UII adalah pribadi-pribadi terpilih yang memiliki tanggung jawab lebih besar dibanding mahasiswa pada umumnya. Identitas sebagai santri, menurutnya harus menjadi pembeda, baik dalam prestasi maupun karakter. “You are a selected person, a selected student. Maka karena Anda adalah orang yang terseleksi, Anda tidak boleh menunjukkan karakter dan prestasi yang sama dengan mahasiswa pada umumnya,” tegasnya.

Lebih lanjut, Ust. Eko mengingatkan bahwa capaian akademik seperti Indeks Prestasi (IP) bukanlah tujuan akhir. Menurutnya, santri harus melampaui capaian tersebut dengan menghasilkan karya nyata, baik berupa penelitian, artikel, maupun kontribusi langsung bagi masyarakat. Beliau kemudian mengaitkan pesan ini dengan konsep ulil albab dalam Al-Qur’an, yakni pribadi yang kritis dalam berpikir, mampu mengambil pelajaran dari alam semesta, dan senantiasa berzikir kepada Allah SWT.

Dalam paparannya, Ust. Eko juga menyinggung gagasan intelektual yang membumi. Beliau mengutip konsep intelektual organik dari Antonio Gramsci dan raushan fikr dari Ali Syariati yang sama-sama menekankan peran kaum terpelajar untuk mendampingi masyarakat. Menurutnya, santri PP UII harus hadir di tengah masyarakat, tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu di ruang akademik.

Lebih jauh, beliau menjelaskan bahwa peran tersebut sejalan dengan nilai-nilai kenabian yang dikenal dengan konsep prophetic. Terdapat tiga pilar utama yang harus dijalani santri, yakni humanisasi (memanusiakan manusia), liberasi (membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan), serta transendensi (meneguhkan iman dan spiritualitas). Ketiga hal inilah yang menurutnya akan menjadikan santri PP UII tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga bermanfaat luas bagi umat dan bangsa.

Sebagai penutup, Ust. Eko Riyadi berpesan agar para santri PP UII mampu meneguhkan komitmen sebagai generasi Arrasikhuna bil ‘Ilmi. Beliau menekankan bahwa santri tidak hanya dituntut unggul dalam bidang akademik, tetapi juga harus menjaga kedalaman spiritual dan kepekaan sosial. Nilai-nilai tersebut, menurutnya, akan menjadi bekal utama bagi santri untuk mengintegrasikan ilmu, iman, dan amal dalam setiap langkah kehidupan. (ZNA)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *