Sinar Asa Idul Adha 1446 H: Menanamkan Nilai Pengorbanan dan Kebersamaan di PP UII

Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS, bukan sekadar bagian dari sejarah panjang umat Islam, melainkan pengingat akan ketulusan dalam menjalankan perintah Tuhan dan makna pengorbanan yang mendalam. Nilai-nilai inilah yang coba ditanamkan kepada para santri Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (PP UII) melalui kegiatan kurban yang digelar pada Sabtu pagi (7/6) di halaman PP UII Putra, Condongcatur, Sleman.

Acara bertajuk Sinar Asa Hari Raya Idul Adha 1446 H ini mengusung tema “Menyalakan Harapan dalam Keikhlasan, Menebar Makna Lewat Pengorbanan”. Kegiatan diikuti oleh seluruh santri dari angkatan 2021 hingga 2024, serta didampingi oleh para pengasuh pondok, yaitu Ust. Dr. Suyanto, S.Ag., M.S.I., M.Pd., pengasuh PP UII Putra dan Ust. Tajul Muluk, S.Ud., M.Ag., pengasuh PP UII Putri, dan Ust. Mohammad Anas S.Pd. Sebanyak enam ekor kambing disembelih oleh para santri sebagai bentuk keterlibatan langsung dalam pelaksanaan ibadah kurban.

Setelah proses penyembelihan, kegiatan dilanjutkan dengan pengolahan daging kurban oleh para santri. Daging kemudian dibagi menjadi dua bagian, sebagian didistribusikan kepada masyarakat sekitar, sementara sisanya diolah dan disajikan untuk makan siang bersama. Ragam olahan seperti gulai, sate, dan tongseng turut disiapkan secara gotong royong oleh para santri dari berbagai angkatan. Selain itu, disediakan pula daging ayam sebagai alternatif menu bagi santri yang tidak dapat mengonsumsi daging kambing. Momentum ini menjadi ruang kebersamaan yang memperkuat solidaritas antar santri, sekaligus mengasah keterampilan memasak dan kerja tim.

Ketua Pelaksana kegiatan Sinar Asa Hari Raya Idul Adha 1446 H, Zulfan Ni’am Aufa, yang akrab disapa Zulfan, menyampaikan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan kurban di PP UII tahun ini. Menurutnya, momentum Idul Adha bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga ruang belajar yang nyata bagi para santri. “Lebih dari sekadar rutinitas tahunan, kegiatan ini menjadi ruang belajar sekaligus ladang bekal nyata bagi santri ketika kelak mereka terjun ke tengah masyarakat,” ujarnya. Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan JULEHA (Juru Sembelih Halal) yang telah dilaksanakan sebelumnya. Menurutnya, santri tidak hanya perlu memahami tata cara penyembelihan secara syar’i, tetapi juga memiliki keterampilan teknis dan keberanian untuk mempraktikkannya secara benar dan bertanggung jawab.

Zulfan juga membagikan pengalamannya saat turun langsung menyembelih hewan kurban. Ia mengaku merasa gugup namun terdorong untuk melaksanakan amanah tersebut. “Saya merasa bukan hanya belajar memotong hewan, tapi juga memotong rasa ragu, dan menggantinya dengan niat yang benar,” tuturnya.

Menurutnya, kegiatan ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai pengorbanan, kebersamaan, dan tanggung jawab dapat ditanamkan secara langsung kepada para santri melalui pengalaman nyata. Kurban bukan hanya tentang pelaksanaan ibadah, tetapi juga tentang membangun karakter dan kepekaan sosial.

Ia berharap, keterlibatan aktif santri dalam setiap proses, mulai dari penyembelihan hingga akhir tidak berhenti sebagai pengalaman sesaat, tetapi terus tumbuh menjadi kebiasaan yang membentuk sikap tanggap, peduli, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai yang ditanamkan melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bekal nyata bagi para santri saat mereka kembali ke masyarakat sebagai individu yang siap memberi manfaat. (ZNA)

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *