Apa yang Anda Miliki?

Oleh: Wilda Maulida

Sesuai dengan judul saya kali ini, apa yang kamu miliki saat ini? Harta? Kedudukan? Pangkat? Keluarga? Teman? Badan yang sehat? Otak yang pintar? Atau apapun itu, nah sekarang pertanyaannya apakah itu semua benar-benar milik anda? Apakah itu semua akan anda miliki selamanya? Apakah memang itu hasil usaha anda selama ini? Apakah memang benar kemampuan anda sehebat itu?

Pertanyaan-pertanyaan saya diatas adalah pertanyaan yang memang patut dipertanyakan kepada diri setiap manusia.  Karena ketahuilah, apa yang kita miliki sekarang bukan benar-benar milik kita, harta, kedudukan, pangkat, atau bahkan kesehatan, itu semua bukan milik kita. Kepintaran dan kesehatan yang bahkan melekat dalam diri kita pun bukan milik kita. Bahkan seseorang yang setiap harinya memakan makanan sehat saja bukan berarti tidak akan sakit dan bukan berarti tidak pernah sakit, kadang malah makanan yang biasa dia makan bisa membuatnya terbaring lemah di rumah sakit. Itu sangat membuktikan bahwa semua yang kita dapat sekarang bukan benar-benar milik kita. Semua ini hanya titipan dari Allah SWT yang sewaktu-waktu bisa Allah ambil kembali.

Sehebat dokter sekalipun tidak bisa menghidupkan orang mati,  obat yang paling mahal tidak selalu bisa mengobati setiap penyakit, guru tidak selalu bisa membuat muridnya paham, kesehatanmu sekarang tidak menjadikan kamu selamat dari kematian, sebenarnya tidak ada yang benar-benar bisa abadi bahkan kamu sendiri tidak bisa menjamin 1 menit kedepan apakah kamu masih bisa bernapas di bumi ini. Sekarang saya ulangi pertanyaan saya sebelumnya apa sebenarnya yang kita miliki?

Sekarang muncul pertanyaan, mengapa Allah memberi kita sakit? Mengapa Allah mengambil harta kita? Mengapa Allah mengambil orang-orang yang kita sayangi? Mungkin beberapa dari kita pernah mempertanyakan hal tersebut. Sejatinya Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk melihat seberapa besar kemampuan manusia dalam menjalani dan melewati ujian tersebut. Ibarat sebuah ujian di sekolah, di mana guru memberikan lembar soal ujian yang bertujuan agar siswa mampu memecahkan permasalah lalu hasilnya akan dinilai oleh guru tersebut hingga di akhir semester nilai ujian itu akan terpampang dengan peringkat antar siswa saling berbeda satu sama lainnya, tentunya tergantung dari kemampuan siswa mengisi soal ujian tersebut. 

Dari penjelasan diatas sudah sangat jelas bahwa Allah sangat mudah untuk mengambil sesuatu dari kita, dan Allah juga sangat mudah menundukkan dan mengalahkan kita. Kita tidak memiliki daya dan kuasa untuk mengalahkan Allah SWT. Hal ini sangat relevan dengan sifat Allah yang ke-15 yaitu al-Qahhar. Kata al-Qahhar diambil dari bahasa Arab qahr yang berarti memenangkan, menaklukkan, menundukkan, dan mengatasi. Sifat Allah al-Qahhar ini ada dalam firman Allah yang berbunyi :

 

قُل إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ  وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

 

Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.” (Q.S. Shad: 65)

Salah satu cara dalam mengamalkan asmaul husna al-Qahhar adalah dengan bersikap rendah hati, tidak arogan, dan sombong. Sebab segala sesuatu di seluruh alam hanya milik Allah dan dalam kekuasaan-Nya.

Memahami asmaul husna al-Qahhar ini bertujuan agar manusia menyadari sepenuh hati pentingnya tunduk dan patuh kepada Allah. Al-Qahhar disebutkan juga di al-Qur’an surat Yusuf Ayat 39:

يَٰصَىٰحِبَىِ ٱلسِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ

 

Artinya : “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (Q.S. Yusuf: 39)

 Bukti lain dari Allah mempunyai sifat al-Qahhar adalah Allah juga menundukkan orang-orang yang menentang-Nya dengan bukti-bukti keesaan-Nya, dan menaklukkan seluruh makhluk dengan mencabut nyawanya. Imam al-Ghazali berkata: “Al-Qahhar ialah Dzat yang menimpakan bencana kepada musuh-musuh-Nya dengan kematian dan kehinaan; bahkan tidak ada yang maujud kecuali semuanya berada di bawah kekuasaan dan qudrat-Nya, lemah dalam genggaman-Nya.”

Asmaul husna al-Qahhar dapat dijadikan sebagai wirid dan dzikir untuk mengingatkan diri, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Mengadakan ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya. Kemudian, selain dijadikan sebagai wirid dan dzikir, asmaul husna al-Qahhar juga dapat dijadikan sebagai contoh sifat dan sikap dalam menjalani kehidupan di dunia. Sehingga, memunculkan sifat dan sikap yang terpuji bagi diri maupun untuk orang lain.

Jadi kesimpulannya, sebagai sikap pengamalan kita terhadap sifat Allah yang Qahhar yaitu dengan selalu bersikap rendah hati, tidak arogan, dan sombong.

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Informatika, Fakultas Teknik Industri UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *