Keagungan Akhlak Nabi saw.

Oleh: Febriyani Cahyani Purnomo

Senada dengan adagium hukum yang terkenal yaitu “communi observantia non est recedendum” yang berarti bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang menandakan maksud yang terdapat dalam pikirannya. Dengan demikian, seluruh keagungan tindakan Kanjeng Nabi Saw. dari kelahiran hingga wafatnya itulah yang merefleksikan pikirannya yang agung pula.

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ (رواه مسلم)

“Akhlak Nabi Saw. adalah Al-Qur’an,” begitulah yang dikutip oleh Imam Baidawi melalui ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Namun pada praktiknya, terdapat orang-orang yang kurang tepat dalam memaknai dan memahami hadis tersebut. Mereka beranggapan bahwasannya hanya dengan membaca Al-Qur’an dan membaca terjemahannya maka mereka merasa menjadi orang yang paling saleh, paling benar, dan berhak untuk mengkafir-kafirkan orang lain. Padahal ketika ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata demikian, maka dapat dipahami bahwa kita tidak dapat memaknai akhlak Al-Qur’an tanpa melihat bagaimana Kanjeng Nabi Saw. hidup.

Berbeda dengan manusia lainnya, Allah SWT menggambarkan akhlak Kanjeng Nabi Saw. bukan dengan kata “mulia” melainkan dengan kata “agung”. Terdapat berbagai riwayat yang mengisahkan tentang keagungan akhlak beliau. Salah satunya terdapat dalam Qur’an Surat Al-Qalam ayat 4:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Apabila kita menelisik lebih jauh, durasi turunnya Al-Qur’an yang diwahyukan oleh Allah SWT secara berangsur-angsur hanya sekitar 23 tahun sementara Kanjeng Nabi Saw. hidup selama 63 tahun. Ini berarti selama 40 tahun yang lain, Kanjeng Nabi Saw. hidup lebih banyak menjalankan perannya sebagai “manusia”, baik menjadi suami, ayah, sahabat, pedagang, pemimpin, dan lain sebagainya ketimbang bersama (turunnya) Al-Quran. Walaupun Kanjeng Nabi Saw. tidak selalu menerima wahyu dan tidak selalu membaca kalamullah, tetapi segala kehidupannya mencerminkan akhlak Al–Qur’an.

Akhlak Kanjeng Nabi Saw. selalu berkesan bagi banyak orang, entah itu sahabat, musuh, bahkan para peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih dengan berbagai teori. Tentunya ada banyak bukti mengenai keagungan akhlak beliau, salah satunya adalah kedermawanannya yang tak terkira. Sikap ini sangat dipuji dan dikagumi bahkan tidak hanya dari kalangan kaum Muslim saja. Dikisahkan pada suatu hari, seorang sahabat memberikan baju kepada Nabi Saw. dan sahabat lain meminta sekaligus memuji baju tersebut, kemudian Nabi Saw. memberikan baju itu tanpa berat hati. Kanjeng Nabi Saw. akan selalu memberikan apa yang ia miliki kepada orang yang membutuhkan bahkan ketika beliau tidak memiliki apapun, beliau akan mengusahakan untuk tetap membantu. Tidak terkecuali atas kemurahan hatinya, Kanjeng Nabi Saw. selalu berdoa untuk umatnya agar senantiasa diberi rahman dan rahim dari Allah SWT. Begitulah keagungan akhlak Nabi Muhammad Saw., yang tidak hanya menjadi rahmat bagi kaum Muslim tetapi juga rahmat bagi seluruh alam.

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Hukum, Fakultas Hukum UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *