Bagaimana agar Allah Jatuh Cinta kepada Kita

Oleh: Tara Aqila Humayra

Cinta menggambarkan kasih sayang kuat untuk orang lain yang timbul dari ikatan kekerabatan atau pribadi. Tentu saja, cinta merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT untuk umat manusia. Dari cinta, kita bisa menjadikan itu sebagai jalan agar bisa lebih dekat kepada-Nya. Salah satu caranya adalah dengan kita bertakhalluq (beradab, berperilaku, berkarakter) dengan sifat-sifat Allah SWT. Setelah kita bertakhalluq dengan sifat-sifat Allah, kita harus memposisikan diri sebagai hamba-Nya karena memiliki rasa takut kepada Allah SWT, ada rasa malu dalam diri karena masih banyak dosa yang kita perbuat. Kita menjadi lebih berhati-hati saat berucap, berperilaku, dan tidak akan menjadi orang yang munafik. Kita semua pasti ingin mendapatkan cinta dari Allah. 

Bagaimana cara kita agar bisa dicintai Allah SWT? Ibnu Qayyim menyebutkan dalam Kitab Madarijus Salikin, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan. Mari kita bahas di bawah ini: 

  • Pertama, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan membaca Al-Qur’an, mengerjakan ibadah yang sunnah, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah kita terima, baik lahir maupun batin. 
  • Kedua, lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah SWT daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. 
  • Ketiga, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah SWT.
  • Keempat, mengingat Allah dalam setiap keadaan. Ingatlah Allah bahkan saat mengeluh, mengadu sekalipun. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Yusuf ayat 86:

 قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ  

Artinya: “Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. Dengan begitu, hubungan batin kita dengan Allah akan semakin kuat, semakin sering kita mengingat Allah, Allah akan semakin cinta dengan kita. Jika Allah sudah cinta, Allah bersedia menjadi pengelihatan kita, pendengaran kita, tangan kita, kaki kita.”

  • Kelima, menjauhi segala sebab yang dapat menghalangi antara diri kita dan Allah SWT.  Allah Maha Baik, jangan sekalipun kita mengecewakan dan mengkhianati Allah yang menyebabkan Allah murka kepada kita. Dengan jelas Allah SWT berfirman dalam QS Nuh ayat 25:

مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا 

Artinya: “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah”. 

Ayat tersebut mengungkapkan bahwa manusia tidak akan bisa menolong di akhirat kelak. Segera bertaubat karena siksaan Allah sangatlah berat, di dunia maupun di akhirat. Siksaan terberat yaitu ketika Allah memberi siksaan, tetapi kita tidak menyadarinya. Naudzubillah min Dzalik. Maka dari itu, kita sebagai hambanya yang penuh dosa, sudah seharusnya kita segera bertaubat dan menjauhi segala larangannya. Seperti yang dijelaskan dalam hadits dari Anas RA yang berbunyi:

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَ خَيْرُ اْلخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ. الترمذى و ابن ماجه و الحاكم و قال: صحيح الاسناد

Dari Anas RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Setiap anak Adam banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat”. [HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim, ia berkata shahih sanadnya]

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *