Tak Kenal Maka Tak Takut: Konsep Pemahaman Al-Aziz

Oleh: Sabina Aqilah Fatina

Al-Aziz termasuk salah satu nama terindah Allah yang memiliki arti Maha Perkasa. Selain itu, Al-Aziz memiliki beberapa makna yaitu yang kuat, yang tidak dijangkau, tidak pula dikalahkan. Al-Aziz adalah yang menaklukkan segala sesuatu dan mengalahkannya, maka tidak seorangpun yang dapat menghina Allah karena kekuatan, kebesaran,dan keagungan yang dimilikinya. Keperkasaan Allah tidak terbatas dan terus menerus. Adapun keperkasaan makhluk sangat terbatas. Segagah apapun manusia, ketika sampai waktunya, ia akan mati.

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ ٱلْكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلْعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرْفَعُهُۥ ۚ وَٱلَّذِينَ يَمْكُرُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُو۟لَٰٓئِكَ هُوَ يَبُورُ 

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (Q. S. Fathir: 10)

Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan perlindungan orang lain. Sebaliknya, mereka akan senantiasa merasa tangguh karena keyakinan mereka yang selalu memperoleh kekuatan dan perlindungan dari Allah SWT. Kemuliaan Allah ini yang akan memahamkan kita pada konsep “Tak Kenal Maka Tak Takut”. Konsep ini memiliki maksud bahwa orang yang mengenal Allah, pasti akan terbit di hatinya rasa takut. Karena, rasa takut kepada Allah adalah ciri orang yang bertaqwa. Mereka yang memilih untuk melakukan maksiat merupakan tanda minimnya rasa takut mereka kepada Sang Pencipta.

Bagaimana cara kita agar dapat memupuk rasa takut kepada Allah SWT. sebagai bentuk rasa cinta dan kasih sayang kita?

  • Mengingat betapa lemahnya kita dan betapa Allah itu Maha Perkasa

Sadarlah betapa kita adalah makhluk yang lemah, kecil, juga hina di hadapan Allah SWT. Betapa lemahnya kita sehingga ketika tertimpa keburukan atau masalah, tidak ada yang bisa menghilangkannya, kecuali Allah SWT. 

وَاِنۡ يَّمۡسَسۡكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗۤ اِلَّا هُوَ​ؕ وَاِنۡ يَّمۡسَسۡكَ بِخَيۡرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ‏

Artinya: Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. (Q. S. Al An’am: 17)

  • Menjalin rasa cinta dan kasih sayang kepada Allah SWT

Saling mencintai dan saling menyayangi. Bersamaan dengan itu akan tumbuh rasa takut dan khawatir, yaitu takut akan hilangnya cinta dan kasih sayang tersebut. Demikian pula rasa cinta kita sebagai hamba kepada Yang Maha Perkasa. Kecintaan kita yang tulus akan menumbuhkan harapan atas cinta dan ridho-Nya. Untuk itu, sebagai seorang mukmin kita harus senantiasa melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya agar rasa cinta tersebut selalu ada.

  • Tanamkan diri untuk tidak merasa benar namun jangan menyerah

Tidak mungkin seseorang yang beriman merasa percaya diri dengan amalnya, merasa sudah banyak berbuat kebaikan, dan merasa dirinya suci, sehingga timbul pemikiran bahwa Allah tidak mungkin mengazabnya dan merasa dirinya aman. Ini bukanlah sifat seorang mukmin.

Mestinya, orang yang beriman senantiasa khawatir atas dosa yang ia lakukan, tidak mudah menganggap sesuatu itu kecil dan remeh, serta memiliki rasa takut kepada Allah. Namun, bukan berarti rasa takut yang kita miliki menjadikan kita putus asa untuk memperoleh rahmat-Nya sehingga merasa tidak diampuni dan merasa sia-sia.

Rasa takut dan rasa harap adalah dua hal yang harus kita miliki agar keimanan kita sempurna dan stabil. Dengan merasa berputus asa dan merasa bahwa yang dilakukannya tidak ada apa-apanya, menunjukkan bahwa orang itu seakan-akan tidak mempercayai akan rahmat Allah dan mengingkari bahwa Allah itu Al Aziz.

يٰبَنِىَّ اذۡهَبُوۡا فَتَحَسَّسُوۡا مِنۡ يُّوۡسُفَ وَاَخِيۡهِ وَلَا تَايۡــَٔسُوۡا مِنۡ رَّوۡحِ اللّٰهِ​ؕ اِنَّهٗ لَا يَايۡــَٔسُ مِنۡ رَّوۡحِ اللّٰهِ اِلَّا الۡقَوۡمُ الۡكٰفِرُوۡنَ‏

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Q. S. Yusuf: 87)

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya UII.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *