Raih IISMA 2024, Santri PP UII Lolos ke National University of Singapore

Pondok Pesantren (PP) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali berbangga atas pencapaian santrinya di kancah internasional. Zahra Zakiyah, mahasiswi Program Studi Arsitektur Program Internasional sekaligus mahasantri PP UII, berhasil lolos pada Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) 2024 dan berkesempatan untuk belajar selama 1 (satu) semester di National University of Singapore (NUS), diumumkan pada Rabu (20/3) lalu.

IISMA sendiri merupakan program mobilitas mahasiswa internasional dengan beasiswa penuh yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Republik Indonesia. IISMA sendiri menjadi salah satu dari sejumlah jenis kegiatan pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Zahra Zakiyah, akrab disapa Zaza, mengungkapkan bahwa dirinya sempat mendaftar IISMA 2023. Namun, kesempatan tersebut belum dapat ia jemput karena kurangnya persiapan English Proficiency Test (EPT). Zaza kemudian tidak lantas patah arang, sehingga untuk persiapan IISMA 2024, Zaza lebih berfokus dengan persiapan EPT dengan mengambil tes IELTS. Selain itu, Zaza juga menghubungi orang-orang yang dianggap mampu membantunya dalam pemberkasan, termasuk mencari mentor dari beberapa komunitas.

“Berkas-berkas apa aja sih yang jadi persyaratan? Kalau lebih advance, mungkin bisa lihat di website IISMA langsung. Tapi in general, berkasnya yang pasti nilai tes EPT, tapi nilai minimal (EPT) enggak menentukan kamu bisa langsung lolos jadi awardee IISMA, karena persaingannya ketat gitu, kan. Kemudian, transkrip nilai IPK dalam bahasa Inggris. Termasuk esai atau motivation letter, kartu keluarga, beberapa berkas dari Prodi,” sebutnya saat diwawancara, Sabtu (23/3).

Pendaftar IISMA berkesempatan untuk memilih tiga universitas tujuan (host university). Pilihan Zaza sendiri jatuh pada National University of Singapore di Singapura, University of Liverpool di Inggris, dan University of Groningen di Belanda. Pilihan-pilihan tersebut didasarkan pada program pembelajaran yang masih linear dengan arsitektur, seperti proses manufaktur dan perencanaan kota.

“Secara spesifik kenapa aku taruh NUS in my first choice karena NUS udah jadi my dream university sejak aku mondok. Jadi, aku dulu pengen kuliah di luar negeri in specific di Singapura karena negaranya sudah maju, rapi, dan rakyatnya disiplin. Walaupun negaranya kecil, tapi multikultural dan insight dari segi arsitekturnya akan sangat berguna, especially in sustainable and green architecture,” tutur Zaza.

Ketika ditanya mengenai pesan bagi para santri dalam mengikuti program serupa, Zaza menyampaikan setidaknya dua pesan. Pertama, Zaza berpesan agar santri tidak takut untuk mencoba, karena kegagalan pun dapat menjadi momentum untuk mengidentifikasi letak kekurangan dan mengembangkan value diri berdasarkan evaluasi tersebut. 

Adapun yang kedua, Zaza mengungkapkan bahwa ia berprinsip untuk berfokus pada pengembangan kemampuan alih-alih membandingkan diri dengan orang lain. “Karena ketika kita fokus dengan diri kita sendiri, maka energi kita enggak akan terbuang sia-sia untuk overthinking kayak ‘kenapa dia lebih hebat dari aku? Kenapa dia lebih keren dari aku?’ Dan sebagainya. Semangat!,” tuturnya. (FCP/JRM)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *