Relasi Dua Entitas Gaib dalam Diri Manusia

Oleh: Amri Nadia Mulandari

Esensi manusia, menurut al-Ghazali, terbentuk dari satu kesatuan empat unsur entitas, yaitu jiwa (nafs), roh (ruh), hati (qalb), dan akal (aql). Dari keempat entitas tersebut, hati dan akal memberikan warna dominan atas lainnya. Melalui keduanya, manusia dapat memahami dan memaknai tujuan hidupnya. Keberadaan akal dan hati manusia tidak dapat diukur oleh ruang dan waktu, keduanya bersifat immaterial. Otak bukanlah akal, karena akal adalah substansi yang menggerakkan daya tangkap dari dalam dan bertempat pada rongga otak. Sedangkan hati yang dimaksud tidak terbatas pada pengertian materi sebagai organ tubuh manusia. Melalui kondisi ini tidaklah salah memperlakukan akal dan hati sebagai entitas gaib yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Hati atau qalb dalam akar kata bahasa Arab berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik. Hal ini sejalan dengan pengaruh hati atau qalb dalam diri manusia secara psikis, antara iya dan tidak, kuat dan lemah, ragu dan yakin, tenang dan gelisah, bahkan hati dapat membolak-balikkan rasionalitas.

Tujuan hidup manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Sedangkan mencapai kesuksesan adalah target hidup. Tujuan hidup ini memerlukan konsekuensi berupa keimanan dan ketakwaan kepada Sang Pencipta. Iman lahir melalui hidayah dan kesiapan hati dalam menerima hidayah. Proses kesiapan hati ditempuh dengan cara mengenal Allah secara menyeluruh.

Hati dan akal merupakan dua entitas yang berbeda, namun merupakan satu kesatuan dan saling berelasi. Hati berfungsi sebagai substansi yang menggerakkan akal, sedangkan akal merupakan aktivitas hati. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surah al-A’raf ayat 179:

لهم قلوب لايفقهون بها

“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)”. Dalam ayat tersebut, akal tidak disebutkan sebagai kata benda melainkan kata kerja. Perbedaan hati dan akal terletak pada objek masing-masing entitas, di mana hati bekerja untuk menerima kebenaran dalam urusan spiritual dan metafisik, sedangkan akal bekerja pada persoalan kebenaran empiris dan intelegensi.

Relasi antara hati dan akal yang dimaksud adalah pengoptimalan fungsi masing-masing entitas dengan mengetahui peran dan batasan keduanya. Manusia menggunakan akal untuk mengolah segala informasi dan pengetahuan tentang alam semesta sehingga melahirkan ilmu. Kemudian hati mengolah ilmu dengan menjawab ranah spiritual yang tak terjawab oleh akal sehingga melahirkan iman. Tujuan hidup manusia tidak akan tercapai secara seimbang apabila relasi antara akal dan hati tidak optimal. Manusia yang hanya menggunakan akalnya dalam menerima pengetahuan dan membiarkan hatinya buta cenderung tidak meyakini keberadaan Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta, serta menuhankan ilmu pengetahuan yang lahir dari akalnya. Sedangkan manusia yang hanya menggunakan hatinya, cenderung tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, bersifat emosional, dan menolak ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, sudah seharusnya seorang Muslim sejati mengoptimalkan peran akal dan hati secara seimbang. Sebagaimana kutipan dari perkataan Quraish Shihab, bahwa ilmu tanpa iman seperti lentera di tangan pencuri, sedangkan iman tanpa ilmu seperti kompas di tangan bayi, keduanya tidak akan memberikan manfaat. Optimalisasi peran akal dan hati dapat dilakukan dengan selalu giat menuntut ilmu, memahami tanda-tanda alam dan ciptaan Allah, memberikan akal ruang untuk selalu memproses ilmu-ilmu baru. Kemudian, membiarkan hati untuk mengintervensi ilmu menjadi iman. Namun, satu hal yang juga perlu menjadi perhatian umat Muslim adalah esensi hati atau qalb sesungguhnya, di mana ia dapat berubah-ubah dan berbolak-balik. Sehingga perlu perawatan ekstra untuk hati manusia, yaitu dengan memperbanyak dzikir dan mengingat Allah, membersihkannya dari sifat iri, dengki, dan hasad. Karena qalb sebagai entitas penggerak, apabila dalam keadaan sehat atau baik maka seluruh tubuh manusia akan baik, khususnya akal. 

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Akuntansi Program Internasional, Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *