Siklus Taubat-Maksiat yang Terus Berulang

Oleh: Putri Ameilya Wijayanti

Fenomena ini sering terjadi ketika seseorang menyesal telah melakukan suatu hal yang berbanding terbalik dengan agama, tetapi ada rasa suka dalam menjalankannya seakan itu adalah sebuah hiburan. Pasti dari teman-teman pembaca pernah merasakan hal ini bukan? Tidak perlu malu untuk mengakuinya karena jawaban kita membuktikan adanya secercah harapan kesadaran yang membimbing pada sebuah kebenaran.

Siklus taubat-maksiat yang terus berulang sering kali menciptakan dilema moral dan spiritual bagi individu yang terjerumus di dalamnya. Rasa bersalah dan frustasi kerap menjadi bayang-bayang hitam yang mengganggu ketentraman hati. Jika kita merasa gelisah, patutlah rasa syukur selalu terucap karena seberapa banyak dosa yang dilakukan, Allah SWT tetap mengingatkan hambanya. Beda halnya jika kita berbuat maksiat sampai lupa jalan taubat lalu tidak ada rasa cemas, gelisah, dan takut yang menyelimuti, itu berarti Allah SWT telah meninggalkan dirimu, bahkan melepaskan tanganNya untukmu. Naudzubillah.

Siklus ini akan terus berulang jika individu yang terjerumus tidak menemukan akar permasalahannya. Salah seorang ‘ulama yakni  Sulthanul Ulama Izzuddin bin Abdissalam dalam bukunya yang berjudul Syajaratul Ma’arif memberikan solusi untuk mendekatkan diri pada akar permasalahan. Beliau berkata bahwa melihat atau mengevaluasi perbuatan masa lampau adalah perantara untuk mensyukuri hal-hal baik serta untuk memohon ampunan dan taubat atas hal-hal buruk yang telah dilakukan. Perkataan tersebut menjadi dasar implementasi one day one hisab, yang artinya setiap hari kita bisa mengamalkan evaluasi perbuatan dari pagi hingga sebelum tidur agar di hari esok kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak hanya seorang ulama yang mengatakan hal tersebut, Allah SWT juga berfirman dalam surat al-Hasyr ayat 18 yang berarti ‘’Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).’’ 

Selain implementasi one day one hisab dan mengetahui akar permasalahannya, satu hal penting yang harus dihindari oleh manusia agar tidak terjadi siklus taubat-maksiat berulang yaitu nafsu dan meremehkan hal kecil. Setiap manusia harus mencoba sebuah prinsip yaitu suatu hal yang baik datang dari Allah, sedangkan hal yang buruk datang dari diri sendiri. Dengan demikian, menyalahkan diri dapat menjadi salah satu cara untuk melepaskan diri dari keinginan yang tidak sesuai Islam. Menyalahkan diri mungkin akan mempengaruhi aspek psikologis, akan tetapi berhenti dari maksiat sebagai upaya perbaikan diri lebih banyak manfaatnya karena akan terhindar dari rasa gelisah dan frustasi. Menurut penelitian Dr. Sarah seorang psikolog, kebiasaan buruk dapat dihentikan dengan adanya dukungan sosial dan keberhasilan pengelolaan stress dan nafsu dalam proses taubat.

Siklus taubat-maksiat yang terus berulang dapat menjadi perjuangan yang sulit. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam pandangan agama dan moralitas, setiap individu memiliki kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri, sekalipun itu terjadi berulang kali. Kesabaran, niat baik, dan tekad untuk berubah adalah kunci untuk keluar dari siklus ini. Jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, atau seorang penasihat spiritual.

Penulis merupakan santriwati Pondok Pesantren UII Putri dan mahasiswi Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UII.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *