YUK, MUSLIMAH! JAGA KEMULIAANMU DI DUNIA MAYA

Oleh: Azkia Salma Azahra

Pernahkah kita membayangkan, seperti apa hidup yang akan kita jalani jika kita lahir pada zaman jahiliyah, zaman sebelum Rasulullah Saw. hadir dengan membawa cahaya Islam?

Hidup yang kita jalani mungkin tak lebih dari seonggok sampah yang dibuang, bahkan jauh lebih hina daripada itu. Wanita pada zaman jahiliyah dianggap hina, seakan sama sekali tidak mempunyai harga diri di hadapan laki-laki. Kondisi mereka pada zaman itu sangat menyedihkan. Kelahiran anak perempuan dianggap aib, sehingga ketika seorang wanita Arab melahirkan anak perempuan, menghitamlah raut wajah mereka, sebagai tanda kebencian dan malu atas kelahirannya. Kemudian mereka akan mengubur hidup-hidup bayi perempuan itu, sebab takut akan aib dan malapetaka yang akan menimpa keluarga mereka. Sekalipun ada yang dibiarkan hidup, bayi perempuan itu akan tumbuh dalam keadaan hina dan rendah.

 

“Dan bila salah seorang dari mereka diberitakan dengan (kelahiran) anak wanita, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan ia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” (QS. An Nahl: 58-59).

 

Sobat, Islam datang mengangkat derajat wanita dengan kemuliaan yang sempurna. Derajatnya diangkat, setara dengan kedudukan laki-laki. Bahkan dalam beberapa hal, Allah dan Rasul-Nya memberi kemuliaan spesial yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Seorang wanita, ketika menjadi ibu, surga berada di bawah telapak kakinya, bakti seorang anak terhadapnya memiliki keutamaan tiga kali lipat dibanding seorang ayah. Selain itu, wanita dianggap sebagai mutiara yang indah, di mana ia sangat sulit didapatkan, dan tak sembarang orang bisa menemukan dan menyentuhnya. Islam sangat mencintai wanita sehingga Islam memerintahkan wanita untuk menutup auratnya, demi menjaga keindahan dan perhiasan yang ia miliki. Dengan jilbabnya itu pula, ia terlindungi dan membuatnya istimewa diantara wanita-wanita lain.

Ironisnya, saat ini banyak wanita yang tidak menyadari betapa mulia dan berharga dirinya. Masih banyak wanita yang enggan menutup auratnya, membiarkannya terbuka dan dinikmati banyak orang. Aturan-aturan Islam dianggapnya sebagai momok yang menjauhkannya dari kehidupan sosial yang wajar. Bahkan banyak pula muslimah yang sudah berhijab namun perilakunya masih terjerumus dalam kemaksiatan. Berjilbab, namun masih menjalin hubungan yang tak halal. Berjilbab, namun masih belum mampu menjaga lisannya. Walau demikian, tentunya kita tahu kalau yang salah bukan jilbabnya, tetapi pribadi wanita itu sendiri.

Padahal Rasulullah pun telah mengatakan bahwa wanita itu fitnah terbesar lelaki. Bahkan konon, ada seorang hafidz 30 juz, murtad dan kehilangan seluruh hafalannya kecuali satu ayat yang tersisa, hanya karena seorang wanita. Subhanallah, mengerikan bukan?

Sobat, mari kita lihat fenomena yang terjadi di sekitar kita. Saat ini kita sedang berada tak hanya di satu dunia, namun juga di dunia yang lain, yap, dunia maya. Kecanggihan teknologi seakan telah menempatkan kita di dunia maya, bahkan terkadang dengan porsi dan waktu yang lebih banyak daripada dunia nyata. Coba kita tengok, berapa kali kita mengecek handphone kita, WhatsApp, Instagram, Line? Mungkin puluhan bahkan ratusan kali sehari. Ratusan kali itu pula kita berselancar di dunia yang memberikan akses termudah dan tercepat untuk menjelajah.

Tragisnya, banyak kita temukan muslimah yang rela mengobral dirinya di dunia maya. Mereka mengumbar keindahan dirinya, memposting fotonya yang cantik tanpa jilbab dengan mudahnya. “Ah, ini kan cuma dunia maya! Ah, walaupun nggak pake jilbab aku close friend kok!” Yap! Perkara posting foto tanpa hijab tapi close friend kerap menjadi tren akhir-akhir ini. Namun sobat, coba kita pikir. Pernahkah terbesit di pikiran kita bahwa ternyata yang melihat foto kita adalah saudara laki-laki dari close friend kita? Pernahkah terbesit di pikiran kita, bahwa media sosial adalah dunia yang mudah dijangkau oleh semua orang, sehingga sangat mungkin diretas hingga banyak mata yang memandang foto kita? Mampukah kita mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak?

Tak cukup sampai di situ. Di dunia maya, kita bebas chatting dengan siapa saja. Lawan jenis misalnya. Tak apa jika sebab projek atau belajar, namun jika tidak? Jika malah menjurus ke hal-hal yang tidak benar, maka sudah pasti kita yang merugi. Telah kita temukan juga banyaknya kasus pelecehan seksual lewat dunia maya bahkan prostitusi online yang kerap ramai dibincangkan akhir-akhir ini. Dengan segala sebab-akibat diatas, tidak cukupkah Islam sebagai sebaik-baik tuntunan hidup?

Bukan, sobat. Tulisan ini bukan ingin melarang kita untuk berselancar di dunia maya. Dunia terus maju, maka kita sebagai muslimah tentunya harus lebih maju, bukan? Sudah sepatutnya kita jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita. Dengan segala problematika yang ada, muslimah harus ikut andil dalam berkiprah di dunia maya. Bukan untuk turut memberikan komentar-komentar layaknya netizen. Bukan pula untuk update status gaje, berisi uneg-uneg yang tak harusnya disebarkan, toh tak akan memberi manfaat bagi orang lain. Namun kita harus hadir untuk menunjukkan eksistensi muslimah sejati.

Muslimah sejati yang dengan kehadirannya mampu membumikan asma Allah. Muslimah yang turut berjihad dengan tulisan dan inspirasinya kepada dunia. Sebab kita tahu, saat ini bukan perang dengan bom dan senjata nuklir yang tengah terjadi, namun perang pemikiran yang harus dilawan dengan pemikiran yang cerdas pula, salah satunya adalah dengan tulisan. Dakwah kita di media sosial memiliki peran penting dalam syiar dakwah Islam di dunia digital ini.

 

Ada pepatah yang mengatakan, “Jika kamu ingin hidup 1000 tahun di dunia, maka menulislah.”

 

Yuk sobat! Kita ikut andil dalam membangun peradaban. Tak terbatas pada menulis, ada banyak video inspiratif yang juga bisa kita buat sebagai salah satu media dakwah kita. Sekecil apapun langkah kita, yakinlah bahwa semua itu akan berdampak pada dunia. Maka dengan segala potensi dan nikmat yang telah Allah berikan, masihkah kita enggan berbenah diri dan kembali pada hakikat kita sebagai muslimah sejati?

 

Referensi:

https://www.siskadwyta.com/2017/11/kiprah-muslimah-di-dunia-maya.html

https://muslimahnews.net/2022/06/06/7087/

https://www.islampos.com/peran-muslimah-di-era-milenial-127176/

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *