Tabligh Akbar Sebagai Sarana Membumikan Al-Quran
Yogyakarta, 1 April 2023 – Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah. Banyak sekali kegiatan positif yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu di bulan ini, seperti mengikuti pengajian. Dalam rangka memeriahkan Ramadhan, Pondok Pesantren UII (PP UII) mengadakan acara Tabligh Akbar dengan tema “Membumikan Al-Quran, Merajut Persaudaraan dalam Keberagaman” di halaman PP UII Putra pada Sabtu malam, 1 April 2023. Acara ini terbuka untuk umum sehingga bisa menjadi kesempatan dakwah kepada masyarakat setempat.
Sholawat dari Hadroh El-Maqashid dari UNY terdengar meriah mengawali kegiatan pada malam hari itu. Suara vokalis yang merdu berpadu dengan tabuhan hadroh yang semangat membuat hadirin bergembira dan sesekali mengikuti sholawat yang sedang dilantunkan. Kemudian, Maulid Simtudduror mulai dibacakan oleh Ustadz Tajul Muluk, M.Ag. dengan suara merdunya. Diselingi dengan sholawat secara bergantian dengan maulid yang dibacakan.
Di tengah acara, pemateri dan tamu undangan seperti pengasuh PP UII, beberapa pejabat UII, Kepala Dukuh Dabag, serta Kapolsek Depok Timur, mulai hadir dan menaiki panggung yang menandakan agenda malam itu resmi dimulai. Sambutan dari pihak UII disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. dan dilanjutkan dengan materi pengajian yang dibawakan oleh Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.
Beliau memulainya dengan menceritakan sejarah Al-Quran sejak turun kepada Nabi Muhammad, dibukukan pada zaman Abu Bakar, penyatuan cara baca pada zaman Utsman bin Affan, pemberian titik oleh Abu Aswad al-Duali, dan pemberian harakat oleh Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Al-Quran merupakan perkataan yang sangat berat (قولا ثقيلا) yang membuat Sang Nabi selalu bergetar hebat ketika menerima wahyu. Hal ini mempunyai hikmah bahwa Al-Quran benar-benar wahyu dari Allah tetapi tetap dapat diterima dan diamalkan oleh manusia.
Habib Muhammad berpesan kepada para hadirin agar selalu istiqomah mengamalkan ajaran Islam di zaman fitnah ini karena hanya ini amal satu-satunya yang menjadi pembeda dengan para orang saleh di zaman dahulu. Materi yang terakhir dibawakan adalah tentang tawakal dan ikhtiar. Beliau menjelaskan bahwa tawakal adalah solusi bukan pembuat masalah, amalan hati seperti halnya ikhtiar yang menjadi amalan badan, dan langkah pertama bukan ketika sudah mentok.
“Berikhtiarlah seakan-akan itu segalanya dan bertawakkallah seakan-akan tidak punya apa-apa,” tutup beliau.
Acara dilanjutkan dengan Mahallul Qiyam dan doa penutup. Para hadirin terlihat khidmat mengikuti seluruh rangkaian acara. (FJA)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!