DIGITALISASI DAKWAH SANTRI MASA KINI

Oleh Ihsanul Baihaqy

Dunia digital dewasa ini tidak dapat terlepas dari sisi pemuda yang terlahir di era pesatnya teknologi. Manusia seringkali didewasakan secara otomatis oleh teknologi yang berkembang dengan cepat tanpa adanya kendali dari pihak masing-masing. Tanpa kita sadari bahwa di dalam dunia digital yang eksistensinya sangat tinggi dibanding media lain menyebabkan banyaknya pemuda yang rusak karakternya karena perbuatannya sendiri. Penggunaan media digital yang seringkali kita dengar dan lewat di mata kita, membutuhkan suatu wadah yang sekiranya dapat membantu dan berkontribusi dalam memberikan wawasan serta pencegahan terhadap rusaknya karakter pemuda saat ini.

Santri milenial merupakan orang yang belajar agama disertai dengan melek terhadap kemajuan teknologi yang ada di zaman terbaru ini. Peran dan pengaruh santri milenial sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual pemuda. Segala bentuk aktivitas dalam kehidupan santri terutama sebagai mahasiswa akan memiliki tujuan yang konkrit untuk amar ma’ruf nahi munkar kepada semua orang. Adanya teknologi yang berkembang menuntut para santri untuk terjun ke dunia digital dalam ranah dakwah untuk menjaga elektabilitas agama Islam. Dakwah merupakan suatu kegiatan keagamaan yang ditujukan untuk menyeru dan mengajak umat manusia supaya dapat menuju jalan kebaikan yang mana telah ditunjukkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW., supaya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.[1]

Dakwah yang dilakukan oleh setiap orang memiliki kesamaan ataupun perbedaan signifikan yang secara visual dapat terlihat atau tidak terlihat. Perbedaan yang hadir dewasa ini menjadikan keberagaman cara menyebarkan agama Islam. Revolusi Industri 4.0 sangat mengubah sistematika seseorang dalam berkomunikasi. Mulai dari hal yang kecil, seperti adanya kontak fisik, kini semakin bergeser atau berubah karena adanya pemanfaatan teknologi. Adanya perubahan tersebut harus difungsikan terutama pada teknologi komunikasi untuk berdakwah. Komunikasi dapat dijadikan sebagai media dakwah yang sangat relevan saat ini dan untuk kedepannya. Hal ini disebabkan pemuda-pemuda sekarang lebih konsumtif dalam menggunakan sesuatu daripada memberi sesuatu kepada orang lain. Komunikasi melalui internet dapat menjadi suatu gebrakan yang mumpuni sebagai media dakwah yang menghasilkan pahala dan mengajak orang lain dalam kebaikan dibandingkan metode konvensional.

Beberapa pandangan Rasulullah SAW. perihal metode dakwah yang dapat dilakukan hingga saat ini: (1)  Ceramah, adalah suatu metode sederhana yang dapat dilakukan dengan sasaran untuk memberikan sentuhan qalbu (hati) dan akal manusia yang mana harus diperhatikan materi ceramah yang akan disampaikan; (2) Tanya jawab, adalah metode yang dilakukan dengan tanya jawab atas suatu masalah yang sedang terjadi di lingkungan para sahabat dengan etika yang sabar dan senang hati; (3) Musyawarah, adalah metode yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa pandangan disertai contoh-contoh supaya para sahabat dapat mengikutinya; (4) Face-to-face, adalah metode yang dilakukan dengan secara sembunyi-sembunyi untuk keluarga atau kerabat terdekat dari rumah ke rumah; (5) Teladan, adalah metode yang dilakukan dengan memberikan contoh sikap teladan serta menempatkan diri diantara para sahabat; (6) Ishlah, adalah metode yang dilakukan dengan adanya perjanjian persahabatan dan perdamaian beserta pihak lain, seperti Perjanjian Hudaibiyah.[2]

Metode yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. kepada kita dapat menjadi referensi untuk perubahan dalam meningkatkan kualitas dakwah yang ada dikalangan pemuda. Seorang santri sekaligus mahasiswa harus memiliki semangat dakwah yang luar biasa untuk mempertahankan eksistensi nilai keislaman di area kampus. Kemudahan dalam penyebaran informasi merupakan sinyal untuk para santri dalam mengembangkan dakwahnya di sisi digtal. Ada banyak fasilitas yang dapat digunakan sebagai media dakwah digital, seperti: WhatsApp, Facebook, Instagram, Tiktok, Youtube, Twitter serta aplikasi lain yang dapat mendukung dalam dakwah di media digital. Terlebih aplikasi tersebut dapat diakses dengan mudah oleh setiap santri, yang mana tiap santri dapat diberikan suatu pelatihan dalam menggunakan social media supaya tampilan yang diunggah dapat menarik orang lain dan memberikan perubahan dengan memberikan rasa sensitivitas pembaca atas apa yang menjadi problematika dirinya.

Sebuah platform manajemen media sosial melakukan suatu riset HootSuite dengan tema “Global Digital Reports 2020, dalam datanya Indonesia memiliki jumlah pengguna internet mencapai 64% atau setara dengan 175,4 juta pengguna dari 272,2 juta jiwa yang ada di Indonesia. Namun dalam riset tersebut tercatat bahwa orang Indonesia menggunakan internet dalam dalam dua perangkat gawai. Adapun orang-orang yang kembali beraktivitas di internet telah tercatat 160 juta pengguna media sosial dengan memiliki akun lebih dari dua.[3] Sebuah riset yang telah dilakukan tahun 2020, dapat dengan mudah kita pahami terhadap data yang disampaikan, bahwa masyarakat Indonesia terutama pemuda lebih condong dan banyak dalam menggunakan media sosial.

Dalam Al-Quran surat al-Isra’ ayat 7:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا

Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai“.

Dengan kita mendigitalisasi berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh santri, terutama mendigitalisasi gerakan dakwah serta memaksimalkan penyebaran keilmuan, maka sebagai santri sekaligus mahasiswa harus mampu berkontribusi dalam mewarnai sosial media dengan nilai-nilai keislaman yang murni.

 

Referensi:

[1] Suhartono, Anik Indrawan. 2021. Pendampingan Pemanfaatan Aplikasi Media Sosial Sebagai Media Komunikasi Dakwah Pada Masa Pandemi Covid-19 Bagi Takmir Masjid “Baitur Rohmat” Ketawang Gondang Nganjuk, Jurnal Komunikasi Islam2, 63.

[2] Sri Muchlis. 2020. WhatsApp sebagai Media Dakwah Penyuluh Agama Islam pada Masa Pandemi Covid-19, Jurnal Simbolika: Research and Learning in Communication Study, 6(2): 138.

[3] Ar-Rayyan, Farhan, Kamaludin & Suhendra. 2022. Peran Instagram sebagai Media Dakwah pada Masa Pandemi: Strategi Dakwah Akun @Penuntutilmu.Bogor, Dawatuna Journal of Communication and Islamic Broadcasting, 2(2), 83-84.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *