MENYAMBUT IDUL ADHA 1443 H, PONDOK PESANTREN UII GELAR TABLIGH AKBAR
Yogyakarta, 11 Juli 2022 – Kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail menjadi contoh ibadah yang hingga saat ini masih dijalankan oleh umat Muslim di dunia. Kala itu Nabi Ibrahim mendapat mimpi selama tiga hari berturut-turut dari Allah SWT. untuk menyembelih Ismail. Dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan ketakwaan, Ismail membenarkan mimpi ayahnya dan memintanya untuk melakukan apa yang Allah perintahkan.
Ketika bilah pisau hampir mengenai leher Ismail, Allah menggantinya dengan seekor domba. Sejatinya, dari peristiwa ini Allah hanya ingin menguji ketaqwaan hambanya melalui sebuah pengorbanan dan menunjukkan bahwa segala hal di dunia ini bukanlah milik kita sebagai manusia, namun milik Allah Sang Maha Pencipta.
Tahun ini umat Muslim di Indonesia menjalankan ibadah qurban dalam perbedaan. Terdapat perbedaan waktu pelaksanaan ibadah qurban yang membagi umat Muslim menjadi dua golongan. Perbedaan dapat terjadi karena pemikiran, cara pandang, dan kebutuhan setiap orang berbeda, begitu pula yang terjadi dalam penentuan waktu ibadah qurban. Namun, perbedaan ini jangan sampai mengurangi bahkan menghilangkan nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah qurban.
Menyambut perayaan hari raya Idul Adha 1443 H, Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (PP UII) menyelenggarakan Tabligh Akbar bersama Ustadz Nur Haris Ali, S.Psi., M.Sc., alumni PP UII, dengan tema “Merenda Keikhlasan Menuju Ketaatan Total dalam Nilai Pengorbanan” yang dilaksanakan di aula lantai satu Asrama PP UII Putri, pada Sabtu (9/7).
Acara dimulai dengan pidato pembuka dari Ustadz Fuad Hasanuddin, Lc., M.A. selaku Pengasuh PP UII Putri. Beliau menjelaskan bahwa pengorbanan itu bisa dimaknai sebagai mengorbankan sesuatu yang berharga, waktu, tenaga, pikiran, dan keluarga yang ditinggalkan.
“Dalam konteks kita di Pesantren Universitas Islam Indonesia, semua bentuk pendidikan, pembinaan, aktivitas, apa pun itu maka itu perlu pengorbanan”, tutur beliau. Selain itu pengorbanan bisa dimaknai melalui arti bahasa Arab qurbanan, mendekatkan diri kepada Allah, artinya jika semua hal yang kita korbankan kita bingkai dalam arti mendekatkan diri kepada Allah, insya allah akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar.
Saat menyampaikan materi, Ustadz Haris menggunakan pendekatan kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya sehingga ia dijuluki ayah dari para nabi dan rasul. Diawali dengan kisah latar belakang keluarga Nabi Ibrahim, kelahirannya dengan seorang ayah yang berprofesi sebagai pembuat berhala di zaman Raja Namrud. Kemudian, kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Sarah – istri pertamanya, ketika belum dikaruniai anak, hingga ketabahan dan ketakwaan Ismail ketika meminta ayahnya untuk menyembelihnya sesuai dengan mimpi yang ia dapat dari Allah.
Ustadz Haris menuturkan kisah panjang keluarga Nabi Ibrahim yang dipenuhi dengan suri tauladan bagi umat Muslim serta dari garis keturunannya yang banyak menghadirkan nabi dan rasul bahkan rasul terakhir umat Islam, menjadikan Nabi Ibrahim pantas untuk disebut sebagai ‘bapaknya para nabi’.
Akhir acara, Ustadz Haris memberikan pengingat agar para santri kuat dalam menghadapi berbagai permasalahan. “Menjadi santri itu, saya kira harus mempunyai keterampilan namanya resiliensi, atau bounce back. Di tengah kehidupan yang penuh ketidakpastian ini, bagaimana kita bisa mengatur emosi kita, bagaimana kita menyikapi kondisi kita yang stres, stuck, bagaimana kita bisa tahan banting dan mengekspresikannya dengan benar, contohnya dengan menulis atau berolahraga”, pungkas Ustadz Haris saat menjawab pertanyaan santri yang kemudian ditutup dengan doa bersama oleh Ustadz Dr. Suyanto, M.S.I., M.Pd., Pengasuh PP UII Putra, dengan doa bersama. (ANM)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!